MAR 26, 2018@15:30 WIB | 1,505 Views
Honda Prospect Motor kembali berpartisipasi dalam ajang balap Indonesian Sentul Series of Motorsport (ISSOM) dengan menggelar One Make Race Honda Jazz Speed Challenge (HJSC) ke-13 dan Honda Brio Speed Challenge (HBSC) ke-6 yang memasuki seri pertamanya pada 25 Maret 2018, di Sirkuit Internasional Sentul, Bogor. Untuk pertama kalinya, Honda akan menggelar ajang balap HJSC dan HBSC hingga 7 seri.
Di musim balap tahun ini, PT Honda Prospect Motor memperpanjang rangkaian kompetisi balap HJSC dan HBSC yang sebelumnya diadakan hingga 6 seri, kini bertambah menjadi 7 seri. Sebanyak 6 seri akan digelar di Sirkuit Internasional Sentul, sedangkan 1 seri di BSD Grand Prix pada bulan Oktober mendatang. Perubahan jumlah seri tersebut merupakan kebijakan dari pengelola Indonesia Sentul Series of Motorsport (ISSOM) yang diikuti oleh PT Honda Prospect Motor selaku penyelenggara HJSC dan HBSC, untuk mengembangkan bakat para pembalap pemula di Indonesia.
Ajang Honda Jazz Speed Challenge pertama kali digelar pada tahun 2006, sedangkan Honda Brio Speed Challenge dimulai tahun 2013. Sejak saat itu, kedua ajang ini tercatat sebagai seri One Make Race paling konsisten di ISSOM dan menjadi tempat bagi para pembalap Honda Jazz dan Honda Brio untuk menguji kemampuannya di lintasan sirkuit. Pada musim 2017 lalu, gelar juara HJSC diraih oleh Rio SB dari tim Honda Racing Indonesia, sedangkan juara HBSC dimenangkan oleh Muhammad Arief Hidayat.
Kompetisi balap HJSC dan HBSC terbuka untuk umum dan terdiri dari 3 kelas, yaitu kelas Master (Seeded A – profesional), Rising Star (Seeded B – amatir) dan Promotion (non seeded – pemula). Ajang ini diikuti oleh 31 peserta yang berkesempatan meraih total hadiah diatas Rp 600,000,000,-.
Jonfis Fandy, Marketing and After Sales Service Director PT HPM mengatakan, “Melalui kompetisi ini kami berharap dapat mengembangkan lebih banyak bakat pembalap muda di Indonesia dan kami ingin menekankan bahwa olahraga balap sebenarnya bisa dilakukan oleh siapa saja yang memiliki bakat dan semangat untuk bertanding. Kami yakin seluruh pembalap akan menunjukkan kemampuan terbaiknya dan kami menunggu kehadiran bintang-bintang baru di dunia balap Indonesia.”
Ini wujud Honda cukup peduli di dunia balap, dan itu menepis anggapan bahwa Honda hanya fokus di penjualan saja. Karena Honda didukung teknologi yang terbaik, sehingga kurun waktu 12-13 tahun itu bukan waktu yang sedikit untuk fokus di dunia balap. “Kami melihat jenjang karier balap setelah gokart ke atas itu kosong. Nah Honda hadir agar regenerasi pembalap tetap memiliki jenjang, seperti di kelas Brio di tahun 2013 dan Jazz yang bergulir sejak 2006.”
Merujuk ke peraturan FIA bahwa setiap kelas memiliki regulasi khusus. Fandy membeberkan cara pembalap pemula untuk masuk dunia balap. “Setiap mobil yang dimodifikasi ke kelas mobil balap Brio misalnya, dibutuhkan modal modifikasi minimum Rp80 juta, itu diluar harga mobil. Di setiap event balap modal modifikasi dibatasi Rp 10-15 juta dan itu menjadi batasan agar menyamaratakan cost antar pembalap,” tuturnya.
Ia mengamini regulasi tersebut seperti halnya yang terjadi di F1 dengan menekankan budget control. Jadi di ajang HJSC dan HBSC tidak lagi ada persaingan antara pembalap master, atau pembalap baru.
“Dari durasi 13 tahun, Honda melihat ada regenerasi atau penjejangan antar pembalap dan pengontrolan yang cukup baik di kelas masing-masing. Jadi di setiap kelas dibedakan atas rating dan pengalaman balap masing-masing. Semua orang bisa menekuni dunia balap tanpa pembatasan yang ketat, dan kurun tiga belas tahun ini Honda melakukan pembinaan kepada setiap pebalap, jenjang karirnya ada dan itu wujud perhatian Honda yang spesial,” tutup Jonfis Fandy. [Ahs/timBX]