JUL 13, 2018@15:30 WIB | 1,495 Views
Supercar pun rupanya harus berbenah diri dengan fitur-fitur seperti penggunaan gearbox automatic. Kiblat lain mempertahankan dengan gearbox manual. Meski meninggalkan gaya konvensional supercar yang bertransmisi manual. Sebuah kursi sport racing, dan smartphone yang terkoneksi ke layar infotainment. Jadi fokus supercar menjadi agak bergeser, dan meninggalkan kesejatian core style selama ini.
Supercar bisa saja berjajar di kota Anda setiap hari. Namun ketika Anda hampiri dan bertanya tentang transmisi, hampir semua supercar telah menggunakan gearbox otomatis. Menanggapi hal itu Ryan Berris, General Manager Apollo Automobile menyampaikan bahwa supercar dan hypercar sekarang sedikit mulai jinak. "Mobil sekarang ini kapabilitasnya sudah komprehensif, disisi lain malah mengurangi sisi driving experience-nya," tutur Berris.
Berris dalam diskusinya mengajak ke sisi dramatis berkendara. Tentu sebuah desain dan produksi supercar atau hypercar bukan hanya soal gaya, atau angka performancenya. Melainkan bagaimana driver mampu mengemudi paket hardcore, yang selama ini terfokus.
Pria sekaligus GM Apollo melihat kembali peristiwa homologasi pada GT1 di era 1990-an. Atau pengalaman yang sama ketika mengemudikan Lamborghini Huracan RWD Spider. Setiap orang akan berekspektasi bahwa driving supercar butuh adaptasi dan skill.
Gejala tersebut oleh Berris ditangkap sebagai kemunduran supercar. Apollo mencoba mengembalikan kekuatan mesinnya dan kapasitas driver telah terbantu dengan fitur mudah (tinggal pencet tombol), dan dipadukan dengan kinerja kaki dan tangan pengemudi.
Apollo Intenza Emozione sebuah karya supercar yang mempertahankan core-nya. Dengan mesin berkapasitas 6,3 liter, V-12 mampu menghasilkan 780 hp. Apollo membutuhkan durasi 2,7 detik guna berlari dari titik diam ke kecepatan 100kpj.
Rencananya supercar Apollo ini akan dipamerkan ke Goodwood Festival of Speed Hill pada akhir pekan ini. Sedangkan debutnya akan muncul pada pesta mobil Lord March.[Ahs/timBX]