JUN 05, 2024@16:07 WIB | 278 Views
Nissan telah memantapkan masa depan perusahaannya untuk berfokus hanya pada elektrifikasi kendaraan atau mesin EV. Langkah ini berbeda dengan yang diambil oleh Toyota, Mazda, dan Subaru yang justru beraliansi untuk mengembangkan mesin pembakaran generasi terbaru.
Lantas apa sebab Nissan lebih memilih shifting 100 persen ke mesin EV dengan pasar yang belum teredukasi dan sarana prasarana yang belum merata saat ini?
Pertanyaan ini langsung dijawab oleh Nissan Senior Vice President and Chief Planning Officer Africa, Middle East, India, Europe, and Oceania Francois Bailly. Bally menjelaskan rasa pede perusahaannya didasari dengan melihat tren kedepannya.
“Masa depan kami dan juga industri kendaraan global adalah di EV, itu sudah pasti”, ujarnya. Ia menambahkan jika akan sangat percuma dan merugi untuk tetap berinvestasi pada powertrain pembakaran terbaru.
Ia mengaku tidak merasa khawatir ini dianggap langkah prematur, karena menurutya secara alamiah semua akan menuju elektrifikasi hanya setiap jenama memiliki pace dan kecepatan shifting masing-masing.
Untuk kesiapan Nissan sendiri, diakuinya sudah sangat baik bahkan Bailly cukup yakin dengan teknologi yang telah dikembangkan timnya. Teknologi yang dimaksud adalah sistem hibrida e-Power, yang sudah tertanam di berbagai model Nissan untuk pasar global seperti Serena, Kicks, Qashqai, dan X-Trail.
Sistem hibrida e-Power juga akan semakin diperluas penggunaanya ke sejumlah model yang lain. Bailly menyebut model Juke dan Pathfinder direncanakan untuk bisa menawarkan sistem hibdrida ini kepada publik di masa depan.
Untuk yang belum mengetahui e-Power, ini adalah pengaturan hibrida yang tidak konvensional di mana mesin pembakaran bertindak sebagai generator untuk mengisi daya baterai. Bukan menggerakkan roda seperti mesin hibrida yang lain, jadi mirip dengan putaran Mazda pada crossover MX-30 dan pengaturan dua rotor pada konsep Iconic SP.
Nissan terus memperbarui sistem ini dengan goals bisa meningkatkan efisiensi termal mesin pembakaran hingga 50 persen. Dan, pada awal tahun 2021 perusahaan mengumumkan bahwa prototipe e-Power mencapai tonggak sejarah tersebut selama pengujian dimana jajaran mesin tiga, empat, dan enam silinder Dynamic Force Toyota telah melampaui angka efisiensi hingga 40 persen.
Hanya karena Nissan tidak lagi mengeluarkan uang untuk membeli mesin baru, bukan berarti peralihan ke jajaran kendaraan listrik hanya akan terjadi dalam semalam. Bailly menekankan bahwa peraturan emisi terus dilonggarkan di beberapa belahan dunia, seperti di Afrika yang masih melegalkan mobil Euro 2.
Produsen mobil tersebut akan menyelaraskan portofolionya dengan persyaratan regional, sehingga penghentian ICE akan terjadi secara bertahap. Mesin saat ini kemungkinan akan diperbarui untuk memenuhi peraturan yang lebih ketat. [wic/timBX].