FEB 04, 2022@19:50 WIB | 814 Views
Bagaimana bila Toyota Supra mampu drifting sendiri, tanpa dibantu seorang drifter. Melalui Toyota Research Institute, bekerjasama dengan Stanford Dynamic Design Lab, sedang menguji kemampuan drifting by sistem untuk melengkapi sistem keselamatannya. Bersama para engineer, kemampuan drift otonom ini bakal dikembangkan menjadi produk massal.
Kolaborasi dua instansi ini khusus mengembangkan dimensi baru yang belum pernah dikembangkan pabrikan manapun. Rencananya memang lebih fokus ke vehicle motion planning, dan kontrol pengereman saat drifting. Kemampuan ini sebenarnya hanya dimiliki oleh drifter. Namun bila dikembangkan secara teknologi memanfaatkan waktu operasional sepersekian detik, ini bisa memberikan efek pengurangan kecelakaan saat krusial berkendara.
"Kenyataannya, setiap driver punya titik rentan, saat mengindari kecelakaan. Seringkali driver melakukan manuver diluar kemampuan mereka," ungkap Gill Prat, CEO TRI, kepala peneliti Toyota Motor Corporation.
Teknologi TRI ini dikembangkan dengan algoritma canggih, untuk memperkuat kemampuan basic driving dan menjaga keselamatan pengendara. Inilah inti pendekatan Toyota Guardian sebagai bagian dari human safe.
Sementara Stanford sudah berkembang di tahun 2015. Stanford mengembangkan DeLorian drifting otonom sebagai Multiple Actuator Research, dengan Yaw Control atau Marty. Sementara TRI dikembangkan lebih pada teknologi GR Supra dan sudah dilakukan pengujian yang cukup mengesankan.
Sebuah Toyota Supra yang dimodifikasi, dibawah kendali drifter profesional Ken Gushi yang mengontrol dibalik kemudi. Kenyataannya, sistem bekerja sempurna dan Ken Gushi berhasil merasakan sistem drift otonom tanpa menyentuh setir, setelah beberapa percobaan drift di medan yang sama.
Kesimpulannya, bagaimana mekanisme fluid pada transmisi, kopling, rem bisa diterjemahkan secara alamiah dengan teknologi supercomputer. Dan itu bakal diproduksi masal untuk keselamatan mobil dan drivernya untuk umat manusia. [Ahs/timBX]