MAR 16, 2021@15:00 WIB | 7,570 Views
Perubahan adalah keniscayaan. Dah satu-satunya yang tidak berubah adalah perubahan itu sendiri. Demikian ungkapan lama yang senantiasa menemukan konteksnya di setiap zaman. Seperti yang baru saja ramai dibicarakan di kancah internasional, khususnya Amerika Serikat, yaitu NFT.
Bermula dari ledakan pemberitaan blockchain beberapa hari terakhir, sebuah kabar yang membuat kita berpikir dan bertanya-tanya: bagaimana bisa? Ya, bagaimana bisa Grimes mendapatkan jutaan dolar untuk sesuatu yang disebut NFT atau Nyan Cat. Hal ini ditegaskan oleh pendiri Twitter yang membuat tweet bertanda tangan untuk dijual sebagai NFT yang kebanyakan digunakan untuk transaksi karya seni.
Lantas, apa itu NFT? Bagaimana cara kerjanya?
Ternyata, NFT merupakan akronim dari non-fungible token atau token yang sifatnya 'non-fungible'. Secara istilah dipat diartikan-kurang lebih-unik dan tidak dapat diganti dengan yang lain. Misalnya, bitcoin, dapat dipertukarkan antara yang satu dengan yang lain dan yang didapat adalah barang yang sama persis.
Jadi, pada dasarnya NFT adalah token digital yang ditautkan ke sistem besar blockchain. Tak jauh berbeda dengan beberapa aset mata uang kripto, bedanya NFT tidak bisa dipertukarkan, tapi bisa diperjualbelikan. Umumnya, NFT saat ini digunakan untuk membeli dan menjual karya seni digital. Yang dibeli di sini adalah NFT-nya, sebagai sebuah tanda kepemilikan sebuah karya seni.
Singkatnya NFT—yang digunakan dalam aset kripto—merupakan kode unik yang bisa melacak penerbit token, pemilik awal, dan pemilik akhir untuk karya atau barang yang bersifat collectible. Ketika NFT sudah dienkripsi di blockchain pada suatu hal, maka tak mungkin lagi direplikasi atau diduplikasi. Nah, baru-baru ini NFT merambah ke industri kreatif, khususnya seni atau ilustrasi.
Sebelum bicara cara kerja NFT, simak pengertian dari blockchain, yang berarti sebuah database terdiri dari banyak server yang terhubung menggunakan kriptografi. Sifatnya yang desentralisasi menjadikannya berguna untuk mencatat setiap histori transaksi—termasuk NFT—yang bisa diakses oleh siapa pun tanpa perantara.
Lebih lanjut, mari kita kenali crypto art yang merupakan seni berformat digital. Di mana meski begitu karyanya diperlakukan seperti halnya seni berformat fisik. Jadi, NFT merupakan cara atau alat verifikasi karya digital ini. Sementara crypto art memiliki blockchain-nya tersendiri, yakni disebut Ethereum.
Cara kerja NFT, pada level tertinggi, kebanyakan menjadi bagian dari blockchain Ethereum. Ethereum adalah cryptocurrency, seperti bitcoin atau dogecoin, tetapi blockchainnya juga mendukung NFT ini, yang menyimpan informasi tambahan yang membuatnya bekerja secara berbeda dari, katakanlah, koin ETH. Perlu dicatat bahwa blockchain lain dapat mengimplementasikan versi NFT mereka sendiri seperti yang telah dimiliki oleh beberapa orang tertentu.
Yang Dapat Dijual dengan NFT
Beberapa hari terakhir, NFT benar-benar menjadi tren di dunia maya. Tidak sedikit karya seni yang diperjual-belikan. Selain dari karya seni, ada banyak bentuk NFT yang dijual. Pendiri Twitter, misalnya, Jack Dorsey, dia bahkan menjual tweet pertamanya dengan menggunakan NFT. Beberapa hari lalu, miliarder Mark Cuban juga menjajal metode NFT untuk menjual kalimat motivasinya di internet.
NFT memang dapat mengambil bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan barang apa yang mau disematkan NFT-nya. Bisa saja barang koleksi dan bahkan objek fisik. Mengapa demikian? Sebab setiap transaksi blockchain dicatat secara permanen dan public. NFT sendiri menyediakan cara untuk memberikan nilai pada objek secara online oleh pemiliknya. Misalnya, seniman menyematkan NFT pada karyanya, dia bisa mematok harga untuk setiap NFT yang dijual-belikan.
Cara Transaksi NFT
CNN melakukan percobaan transaksi NFT. Di mana Redaksi mencoba membeli karya seniman digital asal Moskow, Rusia, Alexander Shelupinin berjudul Little Alien. Pembelian dilakukan di Origin Known, pasar NFT yang saat ini sedang ramai-ramainya. Karya itu dijual 0,01 ETH (mata uang kripto Ethereum). Bila ditaksir dengan uang asli jumlahnya sekitar US$ 15 atau sekitar Rp 210 ribu (kurs Rp 14.000).
Di tahap transaksi, NFT masih terlalu rumit bagi pembeli awal. Banyak tahap yang mesti dilakukan untuk bisa mentransfer 'uang' pembelian Little Alien. Mereka harus mentransfer mata uang kripto Ethereum senilai US$ 20 dari pertukaran mata uang digital Coinbase ke aplikasi dompet digital bernama Rainbow. Kemudian dari situ, mereka menghubungkan Rainbow ke Origin Known. Kemudian mereka harus mengirim Ethereum senilai US$ 15 yang kami butuhkan untuk membeli karya seni tadi lewat Rainbow ke Origin Known.
Siapa Diuntungkan NFT?
Alexander Shelupinin yang karyanya dibeli bercerita bahwa, dirinya bergabung untuk menjajakan karya seni lewat metode NFT sejak pertengahan 2018. Ia mengaku telah menjual 226 karya berbeda dengan NFT. Total pendapatannya sekitar 15 ETH. Saat ini bernilai US$ 27.000 atau sekitar Rp 378 juta.
Dia juga menghasilkan uang dengan membeli dan menjual karya seni dengan NFT di platform populer lainnya. Dia mengaku pernah membeli sebuah lukisan seharga sekitar US$ 56 dan dijual kembali seharga lebih dari US$ 6.200. Dalam rupiah, dia membeli lukisan itu seharga Rp 784 ribu dan menjualnya seharga Rp 86,8 juta.
Kini, pasar NFT terbilang mengalami peningkatan sendiri, bahkan telah meningkat empat kali lipat pada tahun 2020. Jumlahnya menjadi lebih dari US$ 250 juta.
Pekan lalu karya dengan nama 'Everydays - The First 5000 Days' yang digagas seniman AS Mike Winkelmann atau Beeple berhasil terjual dengan harga fantastis dengan menggunakan metode NFT. Karya tersebut berupa kolase dari 5.000 gambar individu yang dibuat satu per hari selama lebih dari tiga belas tahun. Penjualan karya itu seharga US$ 69.346.250 lewat rumah lelang Christie's. [asl/timBX] berbagai sumber