JUL 24, 2020@19:30 WIB | 806 Views
Apa yang menarik dan berharga dari akhir pekan selain bebas dari pekerjaan dan kesibukan dari hari aktif selain sekadar menghabiskan waktu berlibur? Ada, salah satunya memperkaya inspirasi kita dengan pengalaman terbaik orang-orang yang terus dikenang dan menginspirasi generasi penerus.
Jonathan Gold, kritikus restoran untuk Los Angeles Times, telah memberikan banyak informasi berharga tentang menu makanan terbaik di restoran terbaik pula. Ada banyak kesan yang ditinggalkan oleh mendiang Jonathan Gold sang pemenang Pulitzer Prize Hadiah untuk Los Angeles Times di bidang kuliner. Dimana, lantaran ulasannya yang kaya mencatat lanskap kuliner kota yang luas membuat setiap makanan jadi mudah dipahami dan dikunjungi banyak pengemar.
Terinspirasi dari Jonathan Gold, penulis yang dinomunasikan James Beard Foundation journalism awards, Tiffany Langston, berusaha makan di setiap restoran yang dikunjungi Jonathan Gold di film dokumenter “City of Gold” selama 24 jam.
Tiffany Langston menceritakan napak tilas kuliner mengikuti jejak perjalanan di film “City of Gold”. 12 Maret 2016, ia merasa semua pemahamannya tentang penulisan kuliner berubah. Ia berdiri di muka IFC Center, bioskop independen di New York, lalu ia putuskan membeli tiket menonton film. Jam 11 pagi/siang ia duduk terpaku di kursi belakang menonton “City of Gold”. Di teater kecil tersebut ia terpikat dengan subjek di film itu, Jonathan Gold. Sebelumnya ia hanya mendengar nama Jonathan Gold dengan profesinya sebagai kritikus restoran tanpa memperhatikan gaya penulisan Jonathan.
Tiffany terpesona akan apresiasi Jonathan Gold dengan berjuang mengulas tempat-tempat yang jarang disentuh apalagi mendapat penghargaan. Jonathan memberikan kesempatan yang sama terhadap semua menu makanan dan restorang tanpa terkecuali, tentu memberikan kesempatan publikasi pula. Karenanya Jonathan mendapat pujian dari para pemilik restoran yang merasa restorannya terselamatkan karena ulasan Jonathan di saat lainnya sudah tidak tertarik lagi.
Bagi Tiffany, Los Angeles terasa lebih hidup lantaran tulisan-tulisan Jonathan yang baik soal makanan. “Ketika dia (Jonathan Gold) menggambarkan apa yang dia makan, saya nyaris bisa mencium dan merasakan hidangan itu. Saya pun mulai mencatat di ponsel setiap credit ulasan Jonathan yang bergulir dalam film. Saya ingin membaca setiap kata yang pernah ditulisnya. Saya memastikan bahwa Jonathan telah menjadi idola penulisan saya di bidang kuliner hanya dalam waktu 96 menit.” Kata Tiffany.
Dua tahun kemudian, Tiffany menghadiri pagelaran James Beard Awards sebagai nominator dan melihat Jonathan Gold melintas di ruangan. Mendadak, tidak seperti biasanya dia menjadi starstruck ketika itu. Sang suami menyeretnya menemui Jonathan Gold. "Kamu mungkin tidak akan pernah mendapat kesempatan ini lagi," seru sang suami. Terasa benar, apa yang suami Tiffany bilang, beberapa bulan kemudian, Jonathan Gold berpulang untuk selamanya akibat penyakit kanker pankreas.
Tiffany sangat terpukul dengan kematian Jonathan, seseorang yang ia ajak bicara selamat 30 detik. Ketika itu pula ia habiskan waktu sepanjang hari dengan menbaca ulang tulisan-tulisan Jonathan Gold dan nonton lagi film City of Gold. Singkat cerita, Tiffany memutuskan, “jika saya sampai di Los Angeles, saya akan makan di setidaknya satu restoran yang direkomendasikan Jonathan Gold setiap hari.”
November 2018, ia ke California untuk perjalanan kerja sekaligus bersemangat mewujudkan rencana pribadi. Ia memiliki waktu luang selama satu hari penuh. Ia mengubah rencana. Ia pergi ke LA dan mengisi harinya dengan semua makanan yang dicintai Jonathan Gold. “Saya akan mencoba makan di setiap restoran yang ditampilkan di City of Gold –16 menu – dalam 24 jam.” Ujar Tiffany.
Di LA yang begitu luas, Jonathan Gold melaluinya tanpa jalan pintas. Karenanya, Tiffany mesti mengelilingi seluruh kota, dari Westwood ke Pasadena. Ia menyadari bahwa tidak mungkin bisa makan semua menu di setiap tempat, jadi di berkomitmen untuk makan atau minum setidaknya satu item untuk setidaknya merasakan apa yang membuat restoran itu istimewa.
“Ambisius? Tentu! Mustahil? Saya akan mencoba dan membuktikannya.” Cetus Tiffany.
Petualangan 24 jam dari satu restoran ke restoran 16 dimulai. Tiffany benar-benar mengelilingi kota, mencicipi-makan setidak satu menu makan dan minum di masing-masing restoran. Titik mula petualangan 24 jam di “City of Gold” pada Sabtu Pukul 19:28 malam ketika ia mendarat di LAX. Apakah Tiffany akan berhasil melalui 16 Restoran di Los Angeles hingga 24 jam ke depan? Ikuti terus BlackXperience! [asl/timBX]