DEC 23, 2019@16:20 WIB | 2,036 Views
Merencanakan resolusi untuk setahun ke depan merupakan aktivitas yang lazimnya dilakukan oleh mayoritas orang-orang di seluruh dunia. Resolusi baru berarti harapan baru, target baru, keinginan baru, untuk menjadikan diri kita menjadi lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Di lini masa tersebar berbagai tips dan trik terikait dengan tema ini, mulai dari perencanaan, list pilihan hingga bulan yang baik dalam membuat resolusi.
Dikutip dari laman bbc.com, merencanakan resolusi tahun baru dipercaya berasal dari masa kerajaan Babilonia. Saat itu, setiap awal tahun, penduduk Babilonia akan bersumpah pada dewa-dewa bahwa mereka akan menunaikan hutang-hutang yang mereka miliki dan sebagai gantinya, dewa-dewa akan meberikan bala-bantuan selama satu tahun ke depan.
Sebelum memulai resolusi baru, ada baiknya jika kita menengok ulang lembaran-lembaran resolusi tahun ini, apakah sudah tercapai seluruhnya atau masih ada beberapa target yang tertinggal. Bagi yang telah mencapai seluruhnya, good! You’re the best. Namun jika belum, jangan bersedih, yuk kita buat pelajari apa yang menghambat resolusimu tahun ini dan cari inpirasi baru dalam merancang
Merancang resolusi akan mempermudah kita menjalani tahun depan. Target-target yang kamu buat akan menavigasi kamu tentang apa yang perlu dan tidak perlu dilakukan. Dan yang pasti, resolusi barumu akan membantumu membentuk dirimu yang baru, sesuai dengan karakter kamu.
Dalam membuat resolusi, kita dapat mengambil inspirasi dari banyak hal, salah satunya novel. Membaca novel bisa menjadi pilihan kreatif yang akan membantumu menentukan daftar keinginan di tahun depan.
Membaca novel, selain sebagai sarana rekreasi, juga memberikan kamu inspirasi yang tak terbatas melalui berbagai tema dan karakter yang dihasilkan. Khususnya mengenai resolusi, kami merekomendasikan beberapa novel yang akan membantumu membuat dan menjalankan resolusi di tahun depan.
1. “Tsukuru Tazaki tanpa Warna dan Tahun Ziarahnya”, karya Haruki Murakami
Nama Haruki Murakami pasti tak asing di telinga para pecinta novel. Karya Norwegian Wood telah ditransformasi menjadi bentuk sinema romansa yang epik dan di tahun 2019, Haruki Murakami mendapatkan pengakuan sebagai peraih Nobel di bidang literatur. Salah satu novel karyanya yang berjudul “Tsukuru Tazaki tanpa Warna dan Tahun Ziarahnya bisa menjadi inspirasimu dalam membuat resolusi tahun depan. Novel ini bercerita seputar perjalanan Tsukuru menyintas trauma masa lalu dan akhirnya memutuskan untuk mengobati luka lama yang ia simpan dengan merekonstruksi kejadian-kejadian masa lalu.
Sejak sekolah menengah, Tsukuru memiliki empat sahabat yang saling melengkapi satu sama lain. Namun saat memasuki universitas, Tsukuru tiba-tiba dikucilkan oleh kempat temannya tanpa sebab, tanpa penjelasan hingga akhirnya membuat Tsukuru merasa sebagai orang yang tidak bermakna dan berwarna.
Hidupnya berubah ketita ia bertemu dengan pacarnya Sara yang menyarankannya untuk mengunjungi keempat temannya agar ia tahu tentang apa yang telah terjadi dan hal apa saja yang menjadikannya dikucilkan.
Sebelum memulai segalanya, ada baiknya jika membuka lembaran hari kemarin dan pelajari apa yang bisa kita perbaiki di masa depan. Tsukuru bisa menjadi guru kita dalam memahami masa yang pernah kita lalui sambil kemudian memaafkan apa yang telah dilewati oleh kita dan menjadikannya sebagai pelajaran penting.
2. “Never Let Me Go”, karya Kazuo Ishigoro
Lalu apa yang akan kamu lakukan jika kamu sejak awal kamu tahu akan berakhir seperti apa, dan kamu dibesarkan di sebuah tempat hingga akhirnya harus mendonorkan seluruh bagian tubuhmu demi kelangsungan orang lain.
Kisah dalam novel ini berputar di sebuah persahabatan unik antara Kath, Ruth dan Tommy yang sejak kecil dibesarkan di sebuah asrama, menjalani hidup bersama hingga akhirnya harus dipisahkan satu sama lain karena mereka sesungguhnya adalah kloning dari orang lain.
“Never Let Me Go” adalah fiksi ilmiah yang mengajak kita berimajinasi tentang kehidupan, kebebasan dan takdir. tentang memahami bagaimana takdir merupakan sebuah keniscahyaan, menjalaninya adalah sebuah tebak tebakan yang kadang membuat kita senang, sedih, dan menangis.
3. “Sepotong Senja Untuk Pacarku”, karya Seno Gumira Ajidarma
Sepotong Senja Untuk Pacarku berkutat pada tema memiliki dan kehilangan dalam bingkai kisah Sukab yang berpacaran dengan gadis cantik nun jauh bernama Alina. Pada suatu ketika, Sukab yang tengah menikmati senja sengaja memotong landskap semburat kekuning-kuningan sore hari dan menyembunyikan di saku bajunya. Dengan harapan ia bisa berbagi keindahan senja kepada pacarnya Alina. Seketika seluruh orang di dunia geger, seluruh kota ribut, panik dan kebingungan mencari senja yang hilang, sejak saat itu Sukab adalah buronan yang paling dicari di dunia.
Dengan gaya bercerita reflektif, kontemporer dan mengalir, novel ini mengajak kita berimajinasi bahwa kadang setelah kita kehilangan kita baru saja paham tentang apa artinya memiliki.
4. “Titik Nol: Makna Sebuah Perjalanan”, karya Agustinus Wibowo.
Jika berkeliling ke berbagai tempat baru di dunia adalah resolusi terbarumu, novel ‘Titik Nol” karya Agustinus Wibowo adalah awal yang bagus sebelum kamu melangkahkan kaki. Titik Nol bercerita tentang perjalanan Agustinus menaklukkan medan Tibet hingga menemukan makna persaudaraan di Afganistan dan Pakistan. Narasi apik layaknya sebuah refleksi catatan harian, novel ini akan mengaduk-aduk perasaanmu, mengajakmu berimajinasi tentang sebuah sebuah tempat dari sudut pandang yang berbeda. Sebuah keintiman yang mengajak kita berimajinasi tentang kehidupan, intrik dan sulit sekaligus serunya sebuah perjanan hingga akhirnya ia menemukan makna dari sebuah perjalanan, yaitu rumah, tempat awal, dan tempat ia akhirnya kembali.
Di salah satu lembar novelnya, Agustinus menuliskan “Dari Titik Nol kita berangkat, kepada Titik Nol kita kembali. Tiada kisah cinta yang tak berbubuh noktah, tiada pesta yang tanpa bubar, tiada pertemuan yang tanpa perpisahan, tiada perjalanan yang tanpa pulang.”
5. “Aruna dan Lidahnya”, karya Laksmi Pamuntjak
“Aruna dan Lidahnya” adalah romansa cinta yang dibalut dengan tema kuliner, sekali kayuh dua pulau terlampaui, membacanya kita mengenal kompleksitas cinta urban sekaligus berimajinasi tentang rasa.
Jika novel lain mengajak kita tentang tempat, interaksi antarmanusia, maka Aruna dan lidahnya terasa spesial karena membuat ia berhasil mengajak kita mempertajam imajinasi lewat deksripsi rasa dan pencecap yang mungkin kita bayangkan. Membacanya membuat kita ngiler dengan cita rasa dan citra wisatanya.
Resolusi merupakan sebuah rencana yang akan membantu kita menjalani hari-hari di tahun berikutnya. Ada baiknya saat membuat resolusi, kita melihat kembali apa saja yang belum tercapai di tahun sebelumnya, analisis mengenai hal-hal apa saja yang menghambat resolusi tahun lalu, memaafkan apa saya tidak bisa kita lakukan di masa lalu, berpikir tentang melakukan hal tersebut dengan senang hati, dan paling penting tentunya adalah konsisten menjalankan apa yang sudah direncanakan. Make it, do it, again and again.[agp/hsn/timBX]