APR 16, 2021@13:55 WIB | 1,604 Views
Klan Scrambler Ducati ditangan two wheelers di Indonesia, jelas diterima menjadi varian roda dua yang digemari. Mengusung mesin 800 cc, karakter buas mesin Italia ini dibiarkan dengan lebih sedikit kontrol elektronik. Ducati memberi nama Scrambler Ducati Caferacer, mengusung jargon 54 sebagai nomor pembalap Ducati Bruno Spaggiari yang menang di kelas 125 cc dengan Ducati 125GP Desmo. Sentuhan modifikasinya terbilang minor, namun fungsionalnya cukup bisa diandalkan. Samuel, si owner dari Ducati Caferacer ini menyebut gaya modifikasinya sebagai urban caferacer.
"Urban caferacer" menjadi point arah modifikasi. Dengan mengganti part tujuan kemudian lebih fungsional dan mengangkat aura caferacer diatas rata-rata pabrikan, khususnya untuk tongkrongan cafe to cafe. Jadi modif minor menjadi titik berat kedua, tidak dirubah dalam skala besar. Kaki-kaki dan exhaust sistem menjadi ranah tersebut.
Tenaga yang besar diimbangi dengan suara knalpot yang seimbang. Maka Samuel memilih ZarD exhaust sistem slip on dengan leher knalpot yang satu paket dari Zard. Tenaga lebih baik dan merdunya knalpot bikinan Italia ini boleh diakui membuat adrenalin Black Pals menjadi naik.
"Saya memodifikasi motor ini hanya untuk sunmori dan sarapan bareng temen bikers," ungkap Sam. Terlihat tekad dan gaya modifikasi yang plug in play memang sedang trend di Indonesia. Tanpa harus merubah bagian yang mandatori seperti frame dan sasis, modifikasi sekarang jauh lebih simpel, naik looks dan lebih proper.
Velg standar Ducati diganti dengan velg Kineo, meski keduanya sama-sama jari-jari, dari Italia. Harga velg Kineo cukup fantastis, sepadan dengan harga sport bike Jepang Rp250cc rerata 2 silinder. Kelebihan Kineo sudah bisa digunakan untuk ban tubless, seperti sportbike dan superbike.
"Ekpektasi saya dengan modifikasi meneruskan model pabrikan seperti ini, tak menghilangkan aura Ducati, tetap enak dipandang, dan tenaga murninya," tambah Sam. Untuk lebih mudah memarkir si urban caferacer ini, Sam menambahkan jalu paddock berbahan CnC di arm belakang.
Suspensi Depan menggunakan Ohlins front dan rear. Ban semi slick ala Diablo Super Corsa 3 cukup enak dibuat cornering, dan tidak gampang sliding. Bagian minor lainnya adalah handgrip Rizoma dan spion. Begitu juga untuk lampu sein dibikin lebih minimalis di depan, sementara belakang menyatu dengan stop lamp belakang.
"Selain tampilan naik kelas, kenyamanan motor jauh lebih baik, dan lebih nyaman. Modifikasi bagi saya ekspresi seni bagi diri kita pada motor kesayangan kita," tambah Sam.
Runtang-runtung di dunia komunitas motor besar, membuat stigma dan perilaku Sam cukup memahami perubahan trend saat ini. "Modifikasi lebih baik sesuai kebutuhan dari karakter berkendara kita, dan paling baik hindari over part, biar tidak norak," tutup Sam.[Ahs/timBX]