JUN 17, 2019@19:00 WIB | 3,044 Views
Setelah mengetahui performa motor matic di jalan lurus Jakarta, Cirebon, Tegal dan Batang, yang kami sebut sebagai etape pertama sejauh 388 km, tantangan selanjutnya adalah mencari jalur alternatif yang menggabungkan jalan perbukitan. Kali ini kami memilih rute Medono - Limpung yang mengarahkan ke pedalaman Kendal menuju Temanggung. Rute ini didominasi jalan pedesaan yang cukup menantang, karena banyak area pesawahan dan perkebunan. Melalui kota Temanggung menuju Magelang dan menyusuri Kawasan Borobudur menuju Wates, Kulonprogo.
Kombinasi rute perbukitan dan perkotaan ini cukup memberikan pengalaman yang seru, setelah melewati penatnya jalur pantura yang cukup terik dan banyak polusi. Dengan etape kedua memiliki rute sejauh 175km, yamaha Mio M3 yang sudah dikombinasi dengan wizard fire tetap dalam performa power full.
Trek-trek pendek dan tikungan curam menghiasi riding kami, dan seolah-olah melintasi jalur Cikidang menuju Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Gaya riding kami pun dibatasi oleh ramainya lalu lalang dan hilir mudik kendaraan penduduk sekitar, sehingga tidak merasakan performa mesin yang maksimal.
Sesekali kami merasakan udara dingin menusuk tulang, dan ladang sayuran yang terhampar di kaki gunung Sumbing. Kami melewatinya di sore hari sekitar waktu Ashar tiba. Perjalanan kami lanjutkan dengan kecepatan rata-rata 60 kpj, hingga menjelang waktu Maghrib tiba, kami telah memasuki wilayah Kulon Progo. Kami mendapati indikator BBM yang mulai diposisi res, dan 4 liter BBM mampu menempuh perjalanan 160 km, itu menandakan konsumsi bahan bakarnya mencapai 1 liter untuk 40 km. Cukup baik untuk rute kombinasi dengan jalur yang cukup menantang untuk motor matic 125cc.
Keesokan harinya pada 2 Juni 2019, kami tempuh rute yang lebih memantang Kulon Progo, Solo, Sragen, Ngawi, Kertosono dan melewati jalur ekstrim Kandangan, Ngantang, Batu dan menuju destinasi terakhir kota Malang. Perjalanan sore hari kami pilih untuk mendapatkan kemungkinan kepadatan lalu lintas yang mulai terurai. Dan malam harinya kami berhasil menekan throttle hingga kecepatan 95 km perjam di wilayah hutan jati Ngawi - Kertosono yang memiliki trek lurus yang cukup panjang.
Dengan rute sepanjang 245 km, kami menyebutnya sebagai etape terakhir yang paling menantang. Setiap performa motor 150 cc yang kebetulan melintas di jalur yang sama dan dalam kecepatan tinggi, Mio M3 dengan performa wizard fire cukup cepat untuk mengejarnya, kinerja mesin pada putaran tinggi cukup ringan dan tidak perlu effort besar.
Kami mendapati rute berkelok tajam di area Ngantang menuju Batu, Malang. Tanpa banyak rintangan akhirnya sampailah di kota Batu pada pukul 03.30 dini hari 3 Juni 2019. Rute sejauh 243 km dari Sragen pengisian terakhir ke Batu menghabiskan bahan bakar sebanyak 7,4 liter. Bila dibreakdown konsumsi BBM-nya mencapai 1 liter untuk jarak tempuh sejauh 46,8 km.
Bila dibandingkan dengan etape pertama kombinasi BBM 1 liter untuk 38 km, kemudian etape kedua konsumsi BBMnya mencapai 1 liter untuk 40 km dan etape terakhir konsumsinya mencapai 1 liter untuk 46,8 liter. Terjadi peningkatan efisiensi bahan bakar yang cukup signifikan, hal itu mungkin disebabkan gaya memainkan throttle yang tidak terlalu intens seperti di etape pertama, hal itu dikarenakan etape kedua yang pendek berkelok dan etape ketiga yang merupakan kombinasi dari etape pertama dan ketiga.
Kesimpulannya, wizard fire cukup efektif memberikan tenaga pada motor injeksi, tidak pernah ngempos meskipun riding selama berjam-jam atau seharian penuh. Dengan total perjalanan mencapai 935 km, konsumsi BBM Yamaha Mio M3 tahun 2016 ini konsumsi BBM secara keseluruhan mencapai 24 liter dengan rata-rata konsumsi bahan bakar 1 liter untuk 39 km. Sebuah fakta menarik yang perlu kami cermati, terkait kinerja mesin yang full performance dan efisiensi bahan bakar yang tetap terjaga, berkat wizard performance. [Ahs/timBX]