JAN 29, 2015@19:22 WIB | 1,702 Views
Project Almanac merupakan film berdana minim yang diproduseri oleh Michael Bay tahun ini. Walau minim dan minus bintang, film ini mampu menghadirkan kisah realistis yang dekat dengan keseharian. Apalagi setelah menonton film ini, rasanya semua orang mampu membuat film layar lebar berdana rendah dengan perangkat seadanya.
Cerita Project Almanac sendiri merupakan kisah sekelompok pemuda, David (Jonny Weston), Jesse (Sofia Black-D'Elia), Adam (Alleen Evangelista), Quinn (Sam Lerner) dan adik David bernama Christina (Ginny Gardner) yang terus menerus merekam segala kejadian dalam film ini. David yang cerdas dan ingin sekali mendapatkan beasiswa di universitas teknologi terbaik se-Amerika, M.I.T frustasi karena gagal mendapatkan beasiswa yang diharapkan. Ia merenung di atas balkon rumahnya untuk mendapatkan inspirasi membuat alat baru yang bisa menggugah panitia beasiswa M.I.T.
Tidak sengaja David menemukan kamera lawas almarhum ayahnya yang menyimpan video ulang tahun David di umur tujuh tahun. Di video itu David menemukan keanehan yang membawanya bersama teman-temannya, Adam, Quinn dan Christina ke sebuah petunjuk tersembunyi. Petunjuk itu pun berupa mesin waktu yang ternyata disembunyikan oleh almarhun ayah David di basement rumahnya. David dan kawan-kawannya pun mencoba menyempurnakan teknologi belum sempurna itu. Sampai akhhirnya wanita yang disukai David, Jesse bergabung ke kelompok.
Seperti kebanyakan fantasi banyak orang, dengan adanya mesin waktu di tangan kita maka hal paling sederhana yang ingin kita lakukan adalah memperbaiki kesalahan yang pernah dilakukan di masa lalu. Tak sampai di situ, David dan kawan-kawan pun memanfaatkan mesin waktu di tangan mereka untuk bersenang-senang dan membuat realita baru yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Seakan-akan segala hal bisa dilakukan di dunia ini dengan memanfaatkan mesin waktu.
Alur yang seru dengan konflik yang rapi membuat film ini menarik ditonton. Puncak ketegangan terjadi ketika David melanggar perjanjian yang telah mereka buat bersama, yakni tidak boleh ada seorang pun yang boleh melakukan perjalanan waktu sendirian. David pun menyadari akibatnya ketika melanggar perjanjian tersebut. Terpaksa ia harus terus menerus memperbaiki kesalahan yang dibuatnya hingga memutar kembali ke masa awal di mana ayahnya masih hidup dan menyimpan rahasia mesin waktu tersebut.
Sudut pandang rekaman amatir yang bergerak liar dalam film ini menghilangkan kesan mononton dan plot yang mudah dibaca. Justru ritme yang menanjak cepat membuat penonton tidak kelelahan, bahkan seru-seru saja menikmati film ini. Michel Bay tampaknya sukses memproduseri film berdana rendah namun cukup menarik disajikan di layar lebar dan film ini layak sekali untuk ditonton. [Lalu/timBX]