MAY 29, 2015@18:00 WIB | 3,251 Views
Di film San Andreas, kali ini Dwyne "The Rock" Johnson memerankan karakter seorang kapten sekaligus pilot helikopter tim SAR Los Angeles. Sejak awal, scene film San Andreas ini sudah menawarkan ketegangan. Tanpa basa-basi, film San Andreas pun memposisikan dirinya sebagai sebuah film tragedi bencana alam.
Film ini berkisah seputar Ray (Dwyne Johnson), mantan istrinya Emma (Carla Gugino) dan anak gadis Ray bernama Blake (Alexandra Daddario). Saat Ray tengah dalam perjalanan menuju markasnya menggunakan helikopter, gempa bumi yang dipicu bergesernya patahan geologis San Andreas pun terjadi.
Emma yang saat itu sedang berada di sebuah gedung pencakar langit menghadapi gempa dahsyat tersebut. Ray yang kebetulan sedang menghubungi Emma melalui telepon pun memutuskan untuk menjemput Emma yang terjebak di gedung pencakar langit. Tidak sampai di situ saja, anak gadis Ray, Blake pun terjebak di tempat lain. Pasalnya bencana kali ini begitu luas dan dahsyatnya. Film San Andreas ini sendiri mencoba menggambarkan sebuah bencana gempa bumi dengan skala terbesar yang pernah dicatat dalam sejarah.
Gempa bumi tidak henti-hentinya mengguncang tanah. Gedung-gedung luluh lantah dan menimpa apa saja yang ada di bawahnya. Ada lebih dari tiga kali guncangan yang bisa disaksikan dalam film ini. Cara sutradara menggambarkan bencana ini pun cukup sadis. Tidak terbayangkan jika seandainya gempa bumi tersebut dialami oleh kita sendiri.
Untungnya, Blake anak gadis Ray menunjukkan sebuah tekat dan kemampuan bertahan yang sangat baik di tengah bencana dan kekalutan. Blake dan beberapa orang yang baru dikenalnya pun mencoba mencari tempat yang lebih tinggi untuk menyelamatkan diri dan menunggu jemputan dari Ray.
Scene menarik lainnya dalam film San Andreas ini adalah saat tsunami datang melanda. Tembok air raksasa itu benar-benar sebuah malapetaka yang sangat apik digambarkan kedahsyatannya dalam film ini. Salut bagi teknologi CGI dalam film ini. Penggambaran teknologi CGI berhasil membuat penonton larut dalam skema tragedi dan bencana bertubi-tubi yang menguras ketegangan penonton.
Tampaknya karater Ray dan keluarganya digambarkan terlalu tangguh dalam film ini. Sebagai manusia biasa, mereka terlalu buruntung dan terlalu tangguh sampai mampu menghadapi kondisi ekstrim yang nyaris merenggut nyawa mereka berkali-kali. Seandainya sutradara mau mengorbankan salah satu tokoh protagonis dalam film ini, bisa dipastikan film ini akan lebih jauh lagi menguras emosi penonton.[Lalu/timBX]