SEP 28, 2015@17:08 WIB | 1,184 Views
Live Stories, fitur paling unik dan menarik dari Snapchat telah merubah aplikasi ini menjadi platform sebesar NBC maupun YouTube. Walau didukung juga oleh aktor-aktor Hollywood dan artis video online lainnya, Live Stories memiliki kekuatannya sendiri hingga membuat Snapchat digunakan 100 juta pengguna tiap harinya.
Tidak seperti footage di YouTube yang bisa disaksikan kapan saja. Rekaman di Snapchat hanya memiliki umur 24 jam. Dengan umur yang sesingkat itu, fitur Live Stories dikonsusmsi dengan rakus oleh para pengguna Snapchat. Footage paling populer saja bisa disaksikan lebih dari 20 juta orang dalam sekali tayangan singkat tersebut.
Mengintip kesibukan tim Snapchat di New York, untuk bisa memunculkan satu snap di Live Story ini, ternyata harus melewati kompetisi yang sangat ekstrim. Tim kurator di New york dan Los Angeles menyaring sekurang-kurangnya 20,000 cerita dan harus memilihnya menjadi 50-60 kisah yang layak untuk disaksikan. Menurut Ben Schweiren, Director of Partnership for Live Stories, kesempatannya 0,25% untuk bisa dipilih di Live Stories.
"Jelas itu sangat sulit," ujar Ben Schwerin. "Kami ingin melihat snap yang menyenangkan, snap yang menunjukkan perspektif yang unik." Selain diisi konten oleh pengguna biasa, dengan aktifitasnya yang juga biasa-biasa saja, Live Stories sering kali digunakan untuk merekam behind the scene sebuah acara khusus. Misalnya saja pada pertandingan playoff NBA, secara teratur perekam menunjukkan para pemain sedagn mempersiapkan diri di ruang ganti.
Cara Snapchat berinteraksi dengan Live Stories tampaknya merubah perilaku pengguna dalam berinteraksi dengan sesama pengguna. Snapchat juga telah mengubah cara berinteraksi di platform jejaring sosial lainnya. Twitter sjaa misalnya, berencana untuk meluncurkan fitur baru yang disebut Project Lighting yang meniru Live Stories dengan menawarkan paket foto, video dan tweet terbaik di sebuah acara live khusus.
Kurasi konten seperti yang dilakukan Snapchat menjadi salah satu tren baru di Silicon Valley sekarang. Sebagian perusahaan teknologi kini terinspirasi mengemas konten yang ringkas, konsumtif dan mudah untuk menjual iklan melalui konten semacam itu. Di lain sisi, Live Stories sempat diteliti oleh profesor telekomunikasi di University of Michigan.
"Apa yang Snapchat coba lakukan adalah memberi orang kesempatan untuk berbagi pengalaman dengan orang lain kolektif" kata Scott Campbell, pakar telekomunikasi University of Michigan. "Ini mungkin memberikan orang sebuah perasaan yang terhubung, kita semua sebagai penonton merasa menjadi bagian dari sesuatu yang benar-benar keren." lanjutnya. [Lalu/timBX]