JUL 18, 2025@15:00 WIB | 142 Views
SUV Volvo XC90 sudah ada sejak lama. Dan dengan dirilisnya versi listrik EX90 , Volvo mungkin berpikir bahwa akhir dari generasinya sudah dekat. Namun kini perusahaan tersebut telah mengumumkan akan mengembangkan generasi ketiga dari model populer tersebut. Generasi ketiga ini akan menggunakan mesin bensin, sebuah perubahan haluan terbesar dalam transisi menuju kendaraan listrik.
Dalam laporan keuangan kuartal kedua perusahaan minggu ini, CEO Volvo, Håkan Samuelsson, mengungkapkan berita tersebut. Ia mengatakan kepada para investor bahwa "kita akan membutuhkan XC90 baru." Ia tidak memberikan petunjuk kapan model baru tersebut akan diluncurkan, tetapi ia mengisyaratkan bahwa kemungkinan besar generasi berikutnya akan berupa hibrida plug-in jarak jauh.
"Saya rasa ini adalah sesuatu yang diinginkan konsumen Eropa. Mobil hibrida plug-in dengan jangkauan lebih jauh adalah solusi yang mungkin akan kita butuhkan beberapa tahun lagi daripada yang kita duga," jelas Hakan Samuelsson, CEO Volvo.
Volvo Telah Berkomitmen untuk Elektrifikasi Penuh Hampir Satu Dekade Lalu
Pada tahun 2017, Volvo adalah perusahaan pertama yang mengumumkan komitmennya untuk sepenuhnya fokus pada elektrifikasi. Pada tahun yang sama, Samuelsson mengumumkan bahwa setiap Volvo yang diluncurkan mulai tahun 2019 akan menggunakan motor listrik termasuk EV dan PHEV. Volvo juga memperkenalkan hibrida ringan 48V, sebuah upaya untuk menghindari elektrifikasi.
Pada tahun 2021, perusahaan tersebut menggeber rencana tersebut. Mereka menyatakan akan sepenuhnya bertenaga listrik pada tahun 2030 , bahkan model PHEV pun akan dihentikan. Mereka merencanakan setengah dari penjualannya akan berupa kendaraan listrik penuh pada tahun 2025. Pada tahun 2023, perusahaan tersebut menyatakan, Volvo tidak akan menjual satu mobil pun yang bukan mobil listrik penuh setelah tahun 2030, terlepas dari pasarnya. Tidak ada syarat dan ketentuan.
Pada akhir tahun 2024, Volvo telah mencapai tingkat penjualan EV sebesar 23%. Lumayan, tetapi masih jauh dari target. Ditambah dengan PHEV, angka penjualan perusahaan masih di bawah 50%.
Baca juga: Volvo XC90 dan XC60 berlapis baja
Volvo pertama kali meluncurkan XC90 pada tahun 2002, sangat awal di tahap pertumbuhan segmen crossover mewah dan mendekati mewah. Generasi tersebut dipasarkan hingga tahun 2015, ketika ia didesain ulang sepenuhnya untuk pertama kalinya. Model generasi kedua, yang mulai dijual pada tahun 2015, telah diperbarui setidaknya dua kali, beserta pembaruan lainnya, agar tetap prima. Meskipun usianya sudah tua, model ini tetap menjadi mobil terlaris.
Meskipun facelift terbarunya membuatnya tampak seperti versi listrik EX90, kedua model ini tetap sangat berbeda. XC90 menggunakan arsitektur SPA Volvo, sementara EX90 menggunakan SPA2.
Platform bernama SMA dari induk Volvo, Geely, kemungkinan besar akan menjadi titik awal Volvo untuk XC90 baru. Volvo sudah siap meluncurkan model berbasis platform tersebut, XC70. Volvo XC70 dirancang untuk Tiongkok, dan menggabungkan mesin empat silinder 1,5 liter turbocharged dengan dua motor listrik dan transmisi tiga percepatan.
XC70 menghasilkan tenaga hingga 589 tenaga kuda dalam versi AWD-nya, dan torsi 667 pound-feet. Dilengkapi dengan baterai lithium-ion 40 kWh, PHEV ini mampu menempuh jarak hingga 124 mil (200 km), berdasarkan siklus CLTC. XC90 PHEV saat ini hanya mampu menempuh jarak 32 mil (51 kg) dalam sekali pengisian daya.
Ini hanyalah masalah terbaru bagi Volvo, yang telah beberapa kali meleset tipis. Volvo mencatatkan biaya sebesar $1,2 miliar (Rp 19,5 miliar) terkait penghentian rencana penjualan ES90 di AS akibat tarif, peluncuran EX90-nya tertunda dua tahun karena masalah perangkat lunak, dan pemindahan produksi EX30 dari Tiongkok ke Belgia yang juga terkait tarif. Setelah mencatat rekor penjualan tahun lalu, Volvo kini memangkas jumlah karyawan di tengah penurunan penjualan. (ibd/timBX)