AUG 13, 2018@12:00 WIB | 8,345 Views
Di tengah hiruk pikuk padatnya ibukota dan polusi yang banyak bertebaran di antaranya, ternyata masih banyak orang yang peduli untuk membantu mengurangi permasalahan satu ini. Adalah sosok bernama Didi Diarsa yang coba menghadirkan solusi lewat produk garapannya yang disebut Kayuh Wooden Bike.
Jadi apa sebenarnya Kayuh Wooden Bike yang diinisiasi oleh Didi? Serta misi apa yang ingin diembannya? Semuanya terjawab secara lengkap, eksklusif di BlackXperience.com.
Made in Indonesia
Kayuh Wooden Bike merupakan sebuah inisiasi produk yang diciptakan oleh Didi untuk mengatasi masalah seputar kemacetan lalu lintas. Produk ini merupakan sebuah sepeda yang dibangun dengan menggunakan material kayu asal Indonesia.
“Masalah-masalah yang ada di sekitar kita itu sebetulnya solusinya sangat simpel. Misalkan masalah kemacetan lalu lintas. Sebetulnya bisa diselesaikan dengan produk-produk yang ada di sekitar kita.Salah satunya adalah menggunakan sepeda,” ujar Didi saat ditemui tim BlackXperience.com.
Didi mengaku, ide untuk menciptakan Kayuh Wooden Bike terinspirasi dari Eropa. Hanya saja untuk produk buatannya, Didi menggunakan beragam bahan baku kayu dan desain dengan cita rasa Indonesia.
Desain dengan cita rasa Indonesia? Yup, ini dia salah satu keunikan lain dari Kayuh Wooden Bike. Di mana mereka mencoba mengusung bentuk dari desain sepeda dengan menyesuaikan topografi dari wilayah-wilayah kepulauan di Indonesia.
“Kita coba mendesain pendekatannya dengan menggunakan bentuk topografis yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah untuk frame-nya kita coba menerapkan bentuk-bentuk pulau. Seperti pulau Bali, Sulawesi dan Kalimantan,” jelas Didi.
Kayu yang digunakan oleh Didi merupakan kayu-kayu terbaik yang ada di Indonesia. Seperti kayu karet, jati, mahoni dan bambu yang dibentuk dengan teknik pelengkungan kayu khusus, sehingga bisa dibentuk sedemikian rupa menjadi frame sepeda yang diinginkan.
“Ini pasti akan jadi sebuah bentuk yang sangat menarik sekali, jika kita bisa realisasikan ke dalam sebuah bentuk sepeda dan ini gak dimiliki sama produk-produk lain,” pungkas Didi.
Kayuh Wooden Bike tersedia dalam dua varian berbeda. Varian standar yang dibanderol dengan harga mulai dari Rp 3.500.000 dan varian elektrik yang dihargai mulai dari Rp 10 juta.
Challenge
Meski kehadiran Kayuh Wooden Bike merupakan jawaban atas sebuah permasalahan, namun tetap saja terdapat sejumlah tantangan yang menghadang.
Tengok saja pada proses produksinya. Menurut Didi, pada bagian ini banyak sekali masalahnya. Salah satunya yang ia hadapi adalah saat mencoba menerapkan teknologi pelengkungan kayu. Karena menurutnya sangat sulit mencari hasil riset dan juga orang-orang yang benar memahami teknik tersebut.
“Proses riset yang kita lakukan untuk melengkungkan kayu saja butuh waktu 6 bulan. Jadi kadang ada banyak hal yang tidak kita duga ternyata tidak semudah yang kita bayangkan,” aku Didi.
Belum lagi permasalahan untuk memperkenalkan Kayuh Wooden Bike kepada publik. Karena menurut Didi, mayoritas komunitas pengguna sepeda masih terpaku pada brand minded dalam memilih sepeda yang mereka gunakan.
Namun ternyata, masalah ini malah menciptakan celah market baru. “Ternyata yang paling suka dan kita tidak duga-duga adalah artist, brand designer, orang-orang yang mengerti teknik, dan juga kolektor,” tutur Didi.
Berbicara Lebih di Level Mancanegara
Berbicara mengenai target, tentu pertama-tama berusaha menciptakan brand awareness agar lebih dikenal dan mendapat pengakuan dari konsumen dalam negeri. Kemudian bagaimana membawa produk buatan lokal ini dapat berbicara lebih lantang di tingkat global.
Didi melihat celah market untuk memperkenalkan Kayuh Wooden Bike ke mancanegara begitu terbuka lebar. Sebab saat Didi melakukan test market ke konsumen mancanegara,respon yang diperoleh sangat positif. Alhasil, peluang untuk berkiprah di level yang lebih tinggi sangatlah berpotensi.
Saat ini Kayuh Wooden Bike telah menjalin partnership dengan beberapa negara, seperti Yunani, Inggris dan Jepang.
“Jadi ini merupakan sebuah kebanggan, bahwa sebetulnya kita bisa membawa produk-produk lokal kita ke pentas yang lebih tinggi lagi kalau kita mengerti celah-celah marketnya,” pungkas Didi. [Hlm/timBX]